Tuesday, September 20, 2011

Indeks Dollar AS Kuat, IHSG Tertekan




Jakarta, Indonesia (News Today) - Indeks dollar AS bergerak menguat pagi ini setelah Standard & Poors menurunkan peringkat utang Italia. Hal itu mendorong bursa Asia bergerak melemah pada Selasa (20/9/2011) pagi ini. Secara teknis tekanan jual di Indeks Harga Saham Gabungan pun masih berpeluang terjadi.

Analis HP Sekuritas, Yanuar Pribadi, menyatakan, indeks dollar AS menguat signifikan sejak awal September sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap krisis utang di Eropa.

Setelah penutupan pasar reguler AS, S&P menurunkan peringkat investasi Italia satu level dari A+ menjadi A dengan outlook negatif. Penurunan ini menurut S&P merefleksikan prospek pertumbuhan ekonomi yang melemah, koalisi pemerintah yang rapuh, serta perpedaan kebijakan di dalam parlemen akan membatasi kemampuan Italia untuk merespons kondisi makro ekonomi domestik dan eksternal, kata Yanuar.

Bursa AS ditutup melemah pada perdagangan hari Senin, dipengaruhi kekhawatiran gagal bayar (default) atas utang Yunani. Indeks saham AS sempat melemah hingga lebih dari 2 persen, tetapi kembali rebound setelah munculnya berita adanya kesepakatan lembaga donor internasional untuk memberikan dana talangan tahap kedua kepada Yunani dalam waktu dekat.

Sementara itu, di AS, rencana defisit 3,6 triliun dollar AS yang diajukan oleh Obama tidak mendapat tanggapan positif dari Partai Republik di dalam proposal ini, termasuk rencana kenaikan pajak sebesar 1,5 triliun dollar AS dalam 10 tahun mendatang untuk menekan defisit. Kondisi ini menunjukan tidak adanya kemajuan signifikan dalam proposal pengetatan anggaran di AS.

Harga minyak melemah tajam ke kisaran 85 dollar AS per barrel . Itu seiring dengan anjloknya harga di 1.780 dollar AS per troy ounce (31,1 gram). Bursa Asia juga cenderung memerah pagi ini.

"Secara teknis tekanan jual di IHSG masih berpeluang terjadi, dengan perkiraan pergerakan berada di 3.685-3.785," kata Yanuar.

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook