Saturday, February 11, 2012

AS: Bashar al Assad Tinggal Hitung Hari!




Foto tidak bertanggal ini menunjukkan Presiden Suriah, Bashar al Assad (berdiri, kedua dari kiri) bersama orangtua dan saudara-saudaranya, yakni ayahnya almarhum Hafez Assad (duduk, sebelah kanan), bersama istrinya, Anisseh, dan saudara-saudaranya (dari kiri) yaitu Maher, Bashar, Basil (yang tewas dalam kecelakaan mobil tahun 1994), Majd and Bushra.

New York (News Today) - Saat kekerasan berkobar di Suriah, sejumlah pejabat AS, Selasa (7/2/2012), menegaskan, Amerika Serikat telah kehilangan kesabaran terhadap Presiden Bashar al-Assad.

"Anda tinggal menghitung hari," kata Duta Besar AS untuk PBB, Susan Rice, dalam komentar yang tujukan kepada pemimpin Suriah itu. "Ini waktunya dan waktu telah berlalu bagi Anda untuk mentransfer kekuasaan secara bertanggung jawab dan damai."

Komentar Rice itu muncul bersamaan saat dua pejabat senior pemerintah AS mengatakan kepada CNN bahwa, selagi AS tetap fokus pada upaya untuk melakukan tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap Damaskus, Pentagon dan Komando Pusat AS sudah mulai melakukan kajian internal awal terhadap kemampuan militer AS dalam rangka mempersiapkan opsi jika Presiden Obama memanggil mereka.


Namun, salah seorang pejabat itu mengatakan, "Ini tetap merupakan kampanye untuk menerapkan tekanan ekonomi dan diplomatik." Keduanya tidak bersedia disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara kepada media.

Sementara itu, pertumpahan darah terus berlanjut di Suriah. Di kota Homs, seorang aktivis oposisi yang diidentifikasi CNN hanya sebagai "Danny" demi keselamatannya, mengatakan tentara pemerintah pergi rumah ke rumah dengan menerobos dinding ketimbang memasuki jalanan. Di jalanan mereka bisa menjadi sasaran anggota Free Syrian Army, yang terdiri dari para tentara yang membelot dari pasukan pro-pemerintah. "Mereka membombardir kami dari pukul 5 pagi, seperti kemarin, dengan roket," kata Danny seperti dikutip CNN, Rabu (8/2/2012).

Tentara menembakkan mortir dan roket ke permukiman, katanya. Sebuah ambulans milik Palang Merah turut menjadi sasaran pada hari Selasa, kata Danny. Tentara pro-pemerintah telah menguasai sebuah rumah sakit di Homs barat daya, katanya. "Mereka menyerang ruang bedah ketika para dokter melakukan operasi. Mereka menendang keluar para dokter dan semua perawat keluar dari rumah sakit itu dan meninggalkan semua orang di sana."

Laporan-laporan semacam itu tampaknya berdampak hingga ribuan mil ke barat, ke Washington. Di sana, Senator John McCain dari Partai Republik dan anggota terkemuka Komite Angkatan Bersenjata Senat, Selasa, mengatakan bahwa Amerika Serikat "harus mulai mempertimbangkan semua opsi, termasuk mempersenjatai oposisi. Pertumpahan darah itu harus dihentikan."

Sekretaris Pers Gedung Putih, Jay Carney, mengatakan, Amerika Serikat tidak memiliki rencana untuk mempersenjatai oposisi. "Kami tidak mempertimbangkan langkah itu sekarang," katanya kepada wartawan. "Kami sedang menjajaki kemungkinan untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Suriah. Dan kami sedang bekerja dengan mitra kami, sekali lagi, untuk memperketat tekanan, memperketat isolasi terhadap Assad dan rezimnya."

Carney menambahkan, para pejabat AS telah "melihat banyak indikasi berkurangnya kontrol atas negara itu oleh rezim, kepentingan para pejabat senior dalam militer dan pemerintah sedang memisahkan diri dari rezim."

Namun juru bicara Departemen Luar Negeri, Victoria Nuland, tidak mengabaikan kemungkinan untuk mempersenjatai oposisi. "Kami tidak pernah mengabaikan sesuatu dari meja," katanya kepada wartawan. "Namun, sebagaimana Presiden sendiri telah jelaskan dan seperti kementerian luar negeri terus-menerus mengatakan, kami tidak berpikir bahwa lebih banyak senjata ke Suriah merupakan jawaban dari persoalan di sana. Kami berpikir jawabannya adalah mencapai dialog nasional yang demokratis, agar kekerasan berhenti, agar tank-tanl rezim keluar dari kota-kota, dan kemudian pemantau dapat kembali masuk."

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook