Ketua Umum PMI Jusuf Kalla bicara tentang masalah kerusuhan dan nasib pengungsi di Rohingya, Myanmar, Jumat (31/8) di Jakarta. Acara ini dipandu oleh penyanyi Edo Kondologit dan Maruara Sirait, fungsionaris PDI-P.
(News Today) - Kamis pagi, 9 Agustus 2012, di tempat tinggalnya di Jalan Brawijaya Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla baru selesai olahraga jalan kaki sejauh 5 kilometer. Setelah olahraga yang rutin dilakukan itu, ia menerima wartawan sesuai dengan janji sebelumnya.
Setelah olahraga dan pertemuan itu, Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu bersiap-siap untuk terbang ke Myanmar. JK ke Myanmar atas undangan pemerintah negeri yang sedang punya masalah terkait kerusuhan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) itu.
Myanmar membutuhkan sentuhan kemanusiaan dari JK. JK dipandang punya pengalaman melakukan gerak kemanusiaan dan mewujudkan upaya perdamaian di tempat-tempat terjadinya kerusuhan SARA. Tidak hanya di Tanah Air, JK juga melakukan gerak kemanusiaan dan mewujudkan upaya perdamaian di sejumlah tempat di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika.
Selain soal rencana keberangkatannya ke Myanmar, percakapan dengan wartawan saat itu juga menyangkut peta politik di Indonesia. Pemilu Presiden 2014 menarik perhatian. Ia mendengar informasi tentang terbentuknya Gerakan Indonesia Memilih yang digagas Komaruddin Hidayat, Teten Masduki, Anies Baswedan, Garin Nugroho, Didik J Rachbini, Sukardi Rinakit, dan beberapa orang lain. JK mengatakan, ”Saya berteman baik dengan tokoh-tokoh ini.”
Kemudian, JK juga mengatakan, apabila soal pencalonan presiden mendatang tidak dibicarakan dan diatur dengan baik, bisa jadi tahun 2013 akan menjadi tahun kebingungan. Panjang lebar ia menjelaskan tentang prediksi suasana sosial, politik, dan peta politik yang sampai pada kesimpulan sementara, ”Tahun 2013 bisa menjadi tahun kebingungan.”
Minggu (2/9) siang, JK baru pulang ke Jalan Brawijaya Raya setelah main golf. Paginya ia juga sempat jalan kaki keliling sebuah hotel di depan rumahnya. Ia tampil sehat bugar ketika menerima wartawan.
Banyak yang ia jelaskan tentang peta politik Indonesia setelah tahun 1998 hingga kini. Ia hanya tersenyum ketika diperlihatkan kepadanya buku tulisan Roy BB Janis berjudul Wapres: Pendamping atau Pesaing.
Dalam buku tersebut, Roy Janis yang Senin kemarin mendaftarkan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk ikut Pemilu 2014 itu, antara lain, menyebutkan, Jusuf Kalla sama dengan Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit (abad ke-14 sampai ke-16).
Tanpa ”Gajah Mada” dari Watampone, Sulawesi Selatan, ini, istana wakil presiden yang diapit Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Balaikota DKI Jakarta itu sunyi dari tawa riang insan pers.
(News Today) - Kamis pagi, 9 Agustus 2012, di tempat tinggalnya di Jalan Brawijaya Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla baru selesai olahraga jalan kaki sejauh 5 kilometer. Setelah olahraga yang rutin dilakukan itu, ia menerima wartawan sesuai dengan janji sebelumnya.
Setelah olahraga dan pertemuan itu, Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu bersiap-siap untuk terbang ke Myanmar. JK ke Myanmar atas undangan pemerintah negeri yang sedang punya masalah terkait kerusuhan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) itu.
Myanmar membutuhkan sentuhan kemanusiaan dari JK. JK dipandang punya pengalaman melakukan gerak kemanusiaan dan mewujudkan upaya perdamaian di tempat-tempat terjadinya kerusuhan SARA. Tidak hanya di Tanah Air, JK juga melakukan gerak kemanusiaan dan mewujudkan upaya perdamaian di sejumlah tempat di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika.
Selain soal rencana keberangkatannya ke Myanmar, percakapan dengan wartawan saat itu juga menyangkut peta politik di Indonesia. Pemilu Presiden 2014 menarik perhatian. Ia mendengar informasi tentang terbentuknya Gerakan Indonesia Memilih yang digagas Komaruddin Hidayat, Teten Masduki, Anies Baswedan, Garin Nugroho, Didik J Rachbini, Sukardi Rinakit, dan beberapa orang lain. JK mengatakan, ”Saya berteman baik dengan tokoh-tokoh ini.”
Kemudian, JK juga mengatakan, apabila soal pencalonan presiden mendatang tidak dibicarakan dan diatur dengan baik, bisa jadi tahun 2013 akan menjadi tahun kebingungan. Panjang lebar ia menjelaskan tentang prediksi suasana sosial, politik, dan peta politik yang sampai pada kesimpulan sementara, ”Tahun 2013 bisa menjadi tahun kebingungan.”
Minggu (2/9) siang, JK baru pulang ke Jalan Brawijaya Raya setelah main golf. Paginya ia juga sempat jalan kaki keliling sebuah hotel di depan rumahnya. Ia tampil sehat bugar ketika menerima wartawan.
Banyak yang ia jelaskan tentang peta politik Indonesia setelah tahun 1998 hingga kini. Ia hanya tersenyum ketika diperlihatkan kepadanya buku tulisan Roy BB Janis berjudul Wapres: Pendamping atau Pesaing.
Dalam buku tersebut, Roy Janis yang Senin kemarin mendaftarkan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk ikut Pemilu 2014 itu, antara lain, menyebutkan, Jusuf Kalla sama dengan Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit (abad ke-14 sampai ke-16).
Tanpa ”Gajah Mada” dari Watampone, Sulawesi Selatan, ini, istana wakil presiden yang diapit Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Balaikota DKI Jakarta itu sunyi dari tawa riang insan pers.
Source : kompas
0 komentar:
Post a Comment