Friday, June 29, 2012

Gara-gara Krisis Eropa, Harga Pala Jatuh




Buah Pala

Banda (News Today) - Krisis keuangan di Eropa ternyata ikut memengaruhi pasaran buah pala di Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Sejumlah petani di Negeri Lonthoir, Pulau Banda Besar, salah satu sentra penghasil pala, mengatakan, sejak berita krisis di Eropa, harga pala jatuh.

"Sekilo biji pala kering dulu harganya sampai Rp 130.000, tetapi sejak adanya berita krisis Eropa, harganya kini hanya Rp 80.000 per kilogram. Adapun puli (bunga pala) sebelum krisis Eropa harganya Rp 250.000, kini hanya Rp 125.000 per kilogram," kata Ramdani Makatita (35), Raja Negeri Lonthoir, Rabu (27/6/2012).

Menurut Ramdani, harga pala sangat bergantung pada pasar di Eropa karena buah itu memang diekspor ke kawasan Eropa. "Kami jual ke pengepul, mereka bawa ke surabaya, kemudian mereka ekspor ke Eropa," ujar Ramdani.

Dia menjelaskan, semua penduduk Lonthoir yang berjumlah 2.000 jiwa mengandalkan perkebunan pala sebagai mata pencarian sehari-hari. "Setiap orang rata-rata punya pohon pala. Ada juga yang bagi hasil dengan perkebunan yang dikelola Perusahaan Daerah Banda Permai. Baginya 50-50," tutur Ramdani yang mengaku punya tiga kebun dengan 200 pohon.

Pohon pala sudah berbuah mulai usia 5-6 tahun. Namun, hasilnya masih sedikit. Di Banda banyak pohon pala yang berusia puluhan hingga ratusan tahun. "Kalau pohon yang sudah menghasilkan buah, satu pohon bisa menghasilkan biji 1-5 kilogram. Setiap 6 kilogram biji, pulinya sekitar 1 kilogram," tutur Ramdani.

Pala dipanen tiga kali dalam setahun. Namun, panen besar hanya dua kali. Biji atau bunga pala, menurut Ramdani, diolah menjadi kosmetik atau pengawet di Eropa. Di Indonesia atau di Banda tidak ada pabrik pengolahan seperti itu.

"Kalau di sini warga mengolah buat selai, manisan, atau jus buah pala," ujarnya.

Ali Ramlan (72), warga Lonthoir lainnya, mengatakan, dari hasil pala itu warga dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, juga untuk membiayai sekolah dan kuliah anak-anak.

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook