Kondisi Kepulauan Seribu, Minggu (5/2/2012), setelah dilanda angin puting beliung pada 25 Januari lalu.
(News Today) - Dahsyatnya kekuatan alam tak ada yang bisa menduga. Berawal dari gerimis hujan, angin yang semula semilir berhembus tiba-tiba mengamuk, menerjang apapun yang menghadang. Tak ada yang menyangka siang itu, Rabu (25/2/2012) sekitar pukul 12.30 WIB, angin berhembus kencang dan merusak ratusan rumah hingga memakan korban luka di Kepulauan Seribu, terkhusus di Pulau Kelapa dan Pulau Harapan yang mengalami kerusakan terparah.
Rekaman bagaimana angin puting beliung tersebut menghantam ratusan pemukiman warga Pulau Kelapa bagian barat tersebut masih terlintas jelas di benak Sapina (45), ibu empat anak yang bersuamikan seorang nelayan sederhana. Dengan antusias, ia menceritakan detik-detik bagaimana alam berkuasa penuh terhadap hidupnya saat itu kepada Kompas.com, Minggu (5/2/2012).
"Aduh menyedihkan sekali, itu puting beliungnya ngulek (berputar) di tengah rumah saya," ujarnya histeris.
Sesaat sebelum kejadian, ia bersama suami dan keempat anaknya tengah berada di dalam rumah semi permanen seluas kurang lebih 10x5 meter persegi tersebut karena cuaca hujan. "Itu angin datang dari barat kesini, cuma satu menit, rumah saya rata tanah," ujarnya sambil menirukan putaran angin dengan tangannya.
Terjangan angin puting beliung tersebut pun menerbangkan seluruh perabotan yang berada di dalam rumah milik Sapina. Mulai dari genting, pintu, kipas angin, lemari hingga televisi, semua beterbangan seakan-akan ditarik paksa ke arah laut. Dengan sekejap angin turut serta membawa atap hingga tembok rumahnya yang berbahan campuran kayu dan batako hingga rata dengan tanah.
Ia dan keluarganya pun mengalami luka di bagian kepala dan tubuh akibat terjangan angin. "Tuh liat, kepala anak saya benjol," lanjutnya sambil menunjukan kepala anak perempuannya.
Ia bersama keluarga langsung mengungsi ke rumah ibunya yang tak jauh dari rumahnya. Bantuan berupa sembako seadanya pun telah diterima olehnya. Pascakejadian, suaminya yang biasa melaut belum bisa melakukan pekerjaannya kembali, selain masih trauma, suaminya masih mengalami luka di bagian lengan.
"Ya sehari-hari kita pakai beras dari bantuan saja, bapak belum berani melaut," ujarnya.
Sepuluh hari telah berselang, peristiwa tersebut tak mampu dilupakannya begitu saja. Ia dan keluarga mengaku trauma dan ketakutan apabila angin tiba-tiba berhembus kencang. Sambil sibuk mencari entah apa di lahan bekas rumahnya, ia berharap pemerintah dapat membantu merehabilitasi rumahnya yang kini hanya tersisa puing.
"Kita sih enggak mau kaya begini. Ya namanya musibah, sudah diberi Allah kita enggak bisa buat apa-apa. Kalau pemerintah bantu, ya Alhamdulilah, kita mah sebagai rakyat kecil bisa apa," lirihnya.
Menurut data Kecamatan Kepulauan Seribu Utara sendiri, di Pulau Kelapa sendiri terdapat 149 rumah dalam kondisi rusak ringan, 106 mengalami rusak sedang sementara rumah yang mengalami rusak berat sebanyak 280. Angin tersebut pun turut melukai lebih dari 42 penduduk. Beruntung tidak menelan korban jiwa dalam bencana alam tersebut.
Source : kompas
0 komentar:
Post a Comment