Wednesday, September 28, 2011

Pengamat: Terorisme Bakal Hidup Lama




Petugas Densus 88 membawa seorang tersangka teroris dalam penggrebegan di Dusun Krapyak Sunggingan, Desa Merbung, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Selasa (25/1/2011) silam.

Jakarta, Indonesia (News Today) - Pengamat terorisme Noor Huda Ismail menilai, permasalahan terorisme akan menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia dalam waktu cukup lama. Ini dikarenakan masih adanya konsepsi yang diyakini oleh beberapa kelompok pelaku tindakan radikal tersebut dan dianggap sesuai ajaran agamanya.

"Mereka (pelaku teror) sampai hari ini juga masih melakukan dengan apa yang dinamakan dengan i'dad atau apa yang dijadikan persiapan untuk menghadapi musuh-musuh mereka," ujar Noor dalam wawancara dalam Kompas Petang di KTV, Senin (26/9/2011).

Menurut Noor, persepsi tersebut dibangun oleh dasar-dasar kekerasan, di mana ketika ada konflik dengan musuh, harus diselesaikan dengan cara melawan secara frontal untuk mendapatkan keadilan. Selain itu, ketidakadilan dan kemiskinan juga akan tetap dijadikan alasan oleh kelompok tersebut jika masih menjadi permasalahan sosial utama di Indonesia.

"Karena inilah kita harus sepakat bahwa kekerasan yang berbasis politik dan beragama masih akan terjadi dalam waktu yang tidak pendek. Ketika masih ada yang namanya ketidakadilan, kemiskinan, akan terus dijadikan alasan beberapa orang untuk melakukan tindakan radikalisme itu," kata Noor.

Ia mencontohkan alasan ketidakadilan tersebut pada kasus bom bunuh diri di Solo pada Minggu (25/9/2011). Dalam kasus itu, kata Noor, bisa saja berkaitan erat dengan peristiwa kerusuhan antarwarga di Ambon beberapa waktu lalu.

"Karena, pemerintah dianggap cukup lambat dan cukup tidak responsif dengan situasi di Ambon. Banyak rumah terbakar, banyak yang mengungsi, dan pemerintah tidak menanggapi hal itu dengan sikap yang tidak cukup responsif. Di sinilah ketidakadilan yang dirasakan oleh mereka," ujar Noor.

Oleh karena itu, untuk mencegah aksi terorisme itu, Noor menekankan agar pemerintah mengurangi risiko munculnya anak-anak muda yang berpotensi menjadi pelaku tindakan radikalisme tersebut. Menurut Noor, pemerintah harus lebih memerhatikan proses yang menjadikan orang radikal dan faktor-faktor apa yang dapat menyebabkannya seperti itu.

"Kalau kita lihat, tidak sedikit orang-orang itu kemudian keluar dari kelompok-kelompoknya karena masuk ke dunia ini bukan hal yang gampang. Jadi inilah yang terpenting, mencegah risiko dan kira-kira program apa yang harus diberikan kepada mereka untuk mengurangi resiko itu," kata Noor.

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook