San Francisco (News Today) - Kota San Francisco di pesisir barat Amerika Serikat selama ini dikenal sebagai kota yang sangat liberal. Berbagai gerakan yang dianggap nyeleneh, atau bahkan menyimpang di tempat-tempat lain, diterima terbuka di kota ini. Misalnya, gerakan persamaan hak kaum gay dan kaum nudis, alias kelompok orang-orang yang gemar bugil.
Namun, San Francisco ternyata ingin punya batas juga. Scott Wiener, anggota dewan legislatif Kota San Francisco dari Partai Demokrat, misalnya, sudah mengajukan rancangan peraturan yang akan melarang kaum nudis memasuki restoran dan mengharuskan mereka melapisi atau mengalasi kursi-kursi di tempat umum yang akan mereka duduki.
Dalam rancangan peraturan ini, seseorang akan dikenai denda 100 dollar AS pada pelanggaran pertama, 200 dollar AS pada pelanggaran kedua, dan 1.000 dollar AS plus penjara satu tahun jika tertangkap melanggar untuk ketiga kali atau lebih. Alasan perlunya peraturan ini, kata Wiener, karena tingkah kaum nudis ini makin menjengkelkan dan menjijikkan dalam beberapa tahun terakhir.
"Beberapa tahun belakangan ini tingkah mereka makin menjijikkan dan di depan mata. Mereka berkumpul bersama-sama dan duduk di kursi (taman) tanpa alas atau pelapis. Itu (perilaku) yang bisa mengganggu kesehatan," tutur Wiener.
Salah satu kawasan yang menjadi pusat aktivitas kaum nudis di San Francisco adalah wilayah yang bernama Castro, yang menjadi pusat gerakan kelompok gay pada era 1960 dan 1970-an. Menurut Wiener, kelompok orang-orang bugil ini sering berkumpul di taman publik Jane Warner Plaza, dekat persimpangan antara Castro dan Market Street.
Salah satu anggota kelompok nudis ini bernama Woody Miller. Saat ditemui reporter kantor berita Agence France Presse (AFP), beberapa waktu lalu, Miller sedang berjalan-jalan di Distrik Castro tanpa mengenakan selembar benang pun, kecuali sepatu kets, topi bisbol, dan jam tangan.
"Saya suka berjalan-jalan bugil pada hari yang cerah karena saya suka sentuhan sinar matahari dan udara bebas di kulit saya," tutur pria berusia 55 tahun itu. "Tak ada yang cabul dari tubuh manusia. Keyakinan bahwa ada sesuatu yang telah diajarkan (bahwa orang harus berpakaian), itu hanya bentuk lain dari prasangka," papar Miller.
Miller berpendapat, peraturan yang diusulkan Wiener itu tidak perlu. Menurut dia, sudah jadi etiket umum di kalangan kaum nudis bahwa setiap akan duduk di tempat umum, mereka harus membawa semacam handuk sebagai alas duduk. "Kita tidak perlu membuatnya jadi peraturan resmi. Itu sudah diatur dalam 'buku petunjuk kaum nudis'. Kami tidak bepergian tanpa membawa handuk," ujar Miller.
Namun, San Francisco ternyata ingin punya batas juga. Scott Wiener, anggota dewan legislatif Kota San Francisco dari Partai Demokrat, misalnya, sudah mengajukan rancangan peraturan yang akan melarang kaum nudis memasuki restoran dan mengharuskan mereka melapisi atau mengalasi kursi-kursi di tempat umum yang akan mereka duduki.
Dalam rancangan peraturan ini, seseorang akan dikenai denda 100 dollar AS pada pelanggaran pertama, 200 dollar AS pada pelanggaran kedua, dan 1.000 dollar AS plus penjara satu tahun jika tertangkap melanggar untuk ketiga kali atau lebih. Alasan perlunya peraturan ini, kata Wiener, karena tingkah kaum nudis ini makin menjengkelkan dan menjijikkan dalam beberapa tahun terakhir.
"Beberapa tahun belakangan ini tingkah mereka makin menjijikkan dan di depan mata. Mereka berkumpul bersama-sama dan duduk di kursi (taman) tanpa alas atau pelapis. Itu (perilaku) yang bisa mengganggu kesehatan," tutur Wiener.
Salah satu kawasan yang menjadi pusat aktivitas kaum nudis di San Francisco adalah wilayah yang bernama Castro, yang menjadi pusat gerakan kelompok gay pada era 1960 dan 1970-an. Menurut Wiener, kelompok orang-orang bugil ini sering berkumpul di taman publik Jane Warner Plaza, dekat persimpangan antara Castro dan Market Street.
Salah satu anggota kelompok nudis ini bernama Woody Miller. Saat ditemui reporter kantor berita Agence France Presse (AFP), beberapa waktu lalu, Miller sedang berjalan-jalan di Distrik Castro tanpa mengenakan selembar benang pun, kecuali sepatu kets, topi bisbol, dan jam tangan.
"Saya suka berjalan-jalan bugil pada hari yang cerah karena saya suka sentuhan sinar matahari dan udara bebas di kulit saya," tutur pria berusia 55 tahun itu. "Tak ada yang cabul dari tubuh manusia. Keyakinan bahwa ada sesuatu yang telah diajarkan (bahwa orang harus berpakaian), itu hanya bentuk lain dari prasangka," papar Miller.
Miller berpendapat, peraturan yang diusulkan Wiener itu tidak perlu. Menurut dia, sudah jadi etiket umum di kalangan kaum nudis bahwa setiap akan duduk di tempat umum, mereka harus membawa semacam handuk sebagai alas duduk. "Kita tidak perlu membuatnya jadi peraturan resmi. Itu sudah diatur dalam 'buku petunjuk kaum nudis'. Kami tidak bepergian tanpa membawa handuk," ujar Miller.
Source : kompas
0 komentar:
Post a Comment