Jakarta - Pengadaan komputer mewah di DPR terus menuai kritik tajam. Selain karena harganya yang tidak wajar dan terlalu mewah, keberadaan fungsinya juga dipertanyakan. Terlebih jika digunakan hanya untuk urusan mengetik.
"Kita harus liat dulu apa manfaat pengadaan komputer itu sendiri, apakah itu untuk menunjang kinerja mereka atau cuma untuk mewah-mewahanan saja," ujar aktivis antikorupsi dari Universitas Andalas, Saldi Isra saat dihubungi detikcom, Jumat (22/01/2010) malam.
Pengadaan komputer yang harganya berkisar Rp 15 juta itu, menurut Saldi bersifat pemborosan. Menurutnya, tidak salah jika pihak Setjen DPR memanfaatkan peralatan komputer lama. Terlebih jika komputer tersebut hanya digunakan untuk mengetik.
Saldi menjelaskan, sudah tidak ada gunanya lagi jika publik mempersoalkan pengadaan komputer tersebut. Pasalnya, komputer tersebut sudah lebih dulu menjadi inventaris DPR.
"Sekarang selanjutnya yang perlu dikritisi adalah transparansi anggaran dari pihak DPR atas komputer ini, misalnya berapa harga sebenarnya, berapa jumlahnya dan apakah benar ini masuk dalam anggaran BURT DPR. Karena kadang anggota DPR sendiri tidak tahu soal barang-barang yang diterimanya, tahu-tahu sudah ada, ini kan aneh," cetus Saldi.
0 komentar:
Post a Comment