Thursday, March 5, 2015

Kisah Sniper Terbaik Dunia yang Kini Hidup dari Warung Makan (1)






Bandung (News Today)Mata Tati Hayati terfokus pada angka jarum jam yang menunjukkan pukul 05.00 WIB. Melihat angka tersebut, Tati mempercepat gerakannya. 

Dibantu sang suami, Tatang Koswara (68), ia menyiapkan segala perlengkapan untuk pergi ke Kodiklat TNI AD, di Jalan Aceh Bandung, tempat warung makannya berada. 

Langkah Tati saat itu tampak tergesa karena seharusnya ia meninggalkan rumahnya di Cibaduyut pukul 05.00 WIB sehingga bisa sampai di warung pukul 05.30 WIB dan memulai jualan pukul 06.30 WIB pada saat anggota TNI AD sarapan. 

Ada beberapa menu yang ditawarkan warung miliknya, yakni soto, gule, dan ayam goreng. Satu paket makanan dijual seharga Rp 12.000-15.000.

“Hasil jualan tidak terlalu besar, apalagi sekarang saingannya makin banyak. Tapi lumayan untuk tambah-tambah,” ucap Tati di kediamannya, di lingkungan Komplek TNI AU, Cibaduyut, Bandung, senin (2/3/2015).   

Tati menjalankan warung tersebut sejak suaminya pensiun tahun 1996. Pangkat terakhir sang suami adalah pembantu letnan satu (Peltu) sehingga uang pensiun yang diperoleh tidak begitu besar. Untuk mendapat uang tambahan, Tatang dan Tati bahu-membahu menjalankan warung makan tersebut dan sesekali melatih juniornya di TNI AD. 

“Saya yang memasak, suami yang mengiris daging. Kalau saat masak tiba-tiba kurang bumbu seperti cabai, suami saya yang pergi ke Pasar Cihapit untuk membelinya,” tutur Tati. 

Namun, sejak suaminya divonis serangan jantung dan menjalankan operasi pemasangan ring, kegiatannya di warung berkurang. Kini, yang menjaga warung anaknya yang paling besar, Pipih Djuaningsih. 

Di tengah kesederhanaannya, Tatang selalu bersyukur karena mereka sekeluarga memiliki rumah meski sederhana. Paling tidak jika dibandingkan dengan sejumlah teman seangkatannya yang menghabiskan masa pensiun di rumah kontrakan atau saudara karena tidak memiliki rumah. 

Namun siapa yang menyangka bahwa Tatang adalah salah satu penembak jitu atau sniper terbaik di dunia. Dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons (2000) yang ditulis Peter Brookrsmith, Tatang merupakan 14 besar dalam urutan Sniper’s Roll of Honour di dunia. 

Tatang mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53 dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41. Tatang memeroleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur pada 1977-1978. 

Di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat, Tatang menjadisniper yang masuk ke jantung pertahanan musuh di daerah pertahanan lawan di Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro. 

“Dulu Pak Edi Sudrajat bilang ini misi rahasia, tidak boleh diungkapkan sebelum diperintahkan. Saya menyimpan ini rapat-rapat termasuk pada istri. Tapi kini orang luar (asing) yang mengungkapkannya terlebih dahulu,” ungkapnya sambil tersenyum. 

Saat ini, Tatang masih tampak gagah dan bugar meski divonis mengidap gejala penyakit jantung. Sorot mata maupun ingatannya masih sangat tajam. Itu terlihat saat Tatang menceritakan perjalanan hidupnya terutama saat masa perang di Timor Timur.

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook