Sunday, September 2, 2012

Warga NU Hendaknya Introspeksi Sikapi Kasus Sampang




Warga korban kerusuhan antarwarga Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Bluurandi, Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang, mengungsi di Hall Tennis Indoor, Minggu (26/8/2012).

Jakarta, Indonesia (News Today) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf mengajak warga NU untuk introspeksi (muhasabah), khususnya untuk menyikapi dan mengambil hikmah dari peristiwa bentrok Sunni-Syiah di Kabupaten Sampang, Pulau Madura, Jawa Timur, beberapa hari lalu.

Slamet menyatakan, setidaknya ada tiga hal yang perlu dicermati atas kejadian tersebut. Pertama, ketidakpekaan sebagian warga Nahdliyyin atas penunggangan terhadap rasa cinta aswaja dan dibelokkan untuk kepentingan lain. Hal itu bisa dilihat bagaimana peran seseorang yang dulunya aktif menyebarkan faham non-aswaja (faham Syiah) tiba-tiba menjadi paling depan mengobarkan semangat anti-Syiah karena motif yang bersifat pribadi.

"Apa yang terjadi di Sampang memperlihatkan ada sebagian warga NU telah terbawa oleh hasutan yang salah arah," kata Slamet, Jumat (31/8/2012) di Jakarta.

Kedua, berkaitan dengan munculnya perilaku yang tidak sesuai dan selaras dengan prinsip ke-NU-an. Khitah Nahdliyyah menekankan keharusan untuk menjunjung tinggi sikap kemasyarakatan moderat (tawasuth) dan tidak boleh bersikap ekstrem (tatharruf), keharusan untuk bersikap toleran (tasamuh) atas perbedaan, termasuk perbedaan faham keagamaan, keharusan untuk bersikap adil (iktidal) dan seimbang (tawazun) untuk membangun harmoni sosial.

Menurut Slamet, perilaku intoleran disertai kekerasan jelas tidak sesuai dengan prinsip sosial yang digariskan oleh khitah Nahdliyyah. Padahal, khitah NU adalah pembimbing bagi perilaku setiap Nahdliyyin, baik dalam konteks keagamaan, kemasyarakatan, kebangsaan, maupun kemanusiaan.

Hal ketiga, kata Slamet, warga NU perlu introspeksi guna mempertanyakan mengenai apa yang telah dilakukan sehingga dalam waktu hanya sekitar lima sampai tujuh tahun begitu banyak jemaah NU yang menjadi pengikut Syiah. "Mesti ada yang terlalaikan," ujarnya.

Hal seperti itu, menurut Slamet, harus menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana memelihara dan membentengi umat dari banyak ajakan pihak lain. Dengan muhasabah seperti itu, kasus Sampang bisa diselesaikan dengan baik. Tidak selalu dengan menyalahkan orang lain serta menganggap kebenaran mutlak hanya pada apa yang kita lakukan.

"Itu bisa dilakukan jika kita kembali kepada misi Islam itu sendiri, yakni rahmatan lil'alamin. Artinya, menjadi rahmat bagi diri kita, juga rahmat bagi saudara seagama maupun sebangsa," papar Slamet.

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook