Thursday, September 13, 2012

Serigala Yellowstone Terancam Kudis




Serigala abu-abu (Canis lupus)

(News Today) - Pada tahun 1930-an, kelangsungan hidup serigala abu-abu (Canis lupus) di Amerika Serikat terancam musnah oleh perburuan. Untuk memulihkan populasi top predator itu, pemerintah setempat membawa 31 serigala tangkapan dari Kanada untuk dilepaskan ke Taman Nasional Yellowstone. Hasilnya, habitat fauna pemakan daging ini berkembang pesat, pernah mencapai lebih dari 170 ekor.

Namun saat ini, keberadaannya semakin menyusut. Temuan para peneliti dari Penn State University menunjukkan jumlah serigala abu-abu di Yellostone menurun drastis, di bawah 100 ekor. Penyebabnya adalah serangan virus kulit atau kudis.

"Jumlah ini angka terendah. Bisa seperti jumlah awal-awal reintroduksi. Tidak terlihat jumlahnya stabil seperti perkiraan awal," kata Emily S Almberg, mahasiswa pascasarjana bidang ekologi Penn State University, seperti dikutip Livescience, Senin (10/9/2012).

Pada awal-awal reintroduksi, tahun 1997, semua serigala baru di Yellowstone diuji untuk mengetahui penyakit yang diderita. Serigala-serigala memiliki setidaknya satu penyakit infeksi, seperti distemper, parvovirus, dan virus herpes.

Kemudian, mulai tahun 2007, serigala setempat kembali menjalani uji infeksi kudis. Penyakit ini disebabkan infeksi tungau di bawah liang kulit yang menyebabkan kulit terasa sangat gatal. Ini membuat serigala menggaruk kulitnya dengan sangat keras dan mengakibatkan bulu-bulunya rontok. Alhasil, serigala yang terinfeksi itu mati kedinginan karena tak ada bulu penghangat di badannya saat musim dingin.

Sekelompok serigala di Yellowstone yang diberi nama Mollie, pertama kali terdeteksi menunjukkan tanda-tanda kudis, sekitar Januari 2007. Tetapi mereka dinyatakan sembuh dari penyakit itu pada Maret 2011. Sementara itu, kelompok lain, yang diberi nama Druid - pernah menjadi populasi serigala baru yang stabil - populasinya hancur pada akhir musim dingin 2010, setelah setengah tahun sebelumnya terdeteksi menunjukkan tanda-tanda penyakit kudis.

"Sebagian besar rambut mereka (Druid) hilang dan memukul mereka tepat di tengah musim dingin. Musim panas sebelum itu benar-benar buruk, kami melihat bahwa banyak anak anjing memiliki kudis," kata Almberg.

Para peneliti Penn State University menemukan penyebaran penyakit tergantung faktor jarak. Untuk setiap enam mil (9,6 kilometer), jarak antara satu kelompok serigala kudisan dan kelompok tak terinfeksi, ada penurunan 66 persen dalam risiko penyakit untuk kelompok sehat.

Awalnya, penyakit kudis diperkenalkan ke dalam ekosistem Yellowstone pada tahun 1905 untuk mempercepat pemberantasan serigala yang dianggap sebagai predator membahayakan. Ketika serigala pergi, penyakit ini cenderung bertahan di antara karnivora lain, seperti anjing hutan dan rubah.

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook