Monday, September 10, 2012

Menko Polhukam: Tak Ada Kaitan Terorisme dengan Agama




Menkopolhukam Djoko Suyanto memberikan keterangan pers didampingi oleh Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo (kiri), di Kementerian Politik Hukum dan Keamanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Minggu (9/9/2012). Keterangan pers ini berkaitan dengan terjadinya ledakan bom rakitan di sebuah panti asuhan yatim piatu di Jalan Nusantara Raya, Beji, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu malam 8 September. Diduga panti tersebut merupakan kedok untuk menutupi kegiatan perakitan bom di dalam rumah.

Jakarta, Indonesia (News Today) - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto mengatakan bahwa kegiatan di rumah ibadah dan agama Islam tidak terkait dengan aksi terorisme yang kembali terjadi. Ia menegaskan, motif teror Solo murni balas dendam. Sementara ledakan yang terjadi di Beji, Sabtu (8/9/2012), belum diketahui motifnya karena terduga pelaku masih dalam keadaan kritis.

"Teror tidak ada kaitannya dengan masjid maupun agama. Tapi kalau kelompok yang beragama itu (Islam) memang demikian. Secara garis besar saya tegaskan, tidak ada kaitannya dengan motif yang dilatarbelakangi agama," ujar Djoko di kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Minggu (9/9/2012).

Menurutnya, terjadi kesalahan persepsi di masyarakat yang menganggap teror selalu dikaitkan dengan agama. Menanggapi ledakan yang terjadi di Beji, ia mengatakan, peristiwa itu murni kecerobohan terduga pelaku peledakan dalam meracik peledak yang kemungkinan besar ditujukan untuk menyerang area vital.

"Ledakan kemarin kan (terduga pelaku) tidak sengaja. Dia sedang merakit bom terus meledak. Sasaran dari bom yang dirakit itu jelas ditujukan ke tempat lain yang ramai," tambahnya.

Pernyataan senada juga disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai. Ia menampik informasi bahwa intelijen memata-matai masjid tertentu yang diduga sebagai basis gerakan kelompok teror di Solo maupun Depok.

"Tolong diluruskan lagi. Tidak ada kaitan antara aksi teror dengan kegiatan di masjid maupun kelompok keagamaan (Islam). Motif ledakan di Beji sedang didalami, sementara yang di Solo kan sudah diungkap Polri. Tidak ada kaitannya dengan agama maupun simbol peribadatan (masjid) kan," tegas Mbai.

Sebelumnya, kepolisian memastikan bahwa rentetan penyerangan kelompok teroris di Solo, Jawa Tengah, selama Agustus 2012 bermotif balas dendam. Hal ini berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap barang bukti dan pemeriksaan tersangka teroris yang ditangkap hidup oleh Densus 88 Antiteror Polri.

Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar pada Senin (3/9/2012), selain magasin, di dalam tas pinggang yang dipakai tersangka teror Solo bernama Farhan (19), polisi menemukan banyak lembaran kertas. Dalam lembaran itu, kata Boy, terdapat surat yang ditulis tangan yang intinya akan melakukan pembalasan ke Polri menyusul banyak tokoh gerakannya yang dibekuk aparat. Abu Umar, ayah angkat Farhan, termasuk tokoh yang ditangkap aparat.

Sementara itu, motif dari ledakan Beji, Sabtu (8/9/2012) malam, belum diketahui. Hal tersebut mengingat terduga pelaku peledakan belum dapat dimintai keterangan karena luka bakar yang dideritanya cukup parah, sekitar 70 persen. Sementara itu, Thorik, nama yang kerap disebut sebagai terduga pelaku ledakan Beji yang kini masih dirawat di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, justru menyerahkan diri kepada pihak Polda Metro. Thorik menjadi buronan setelah melarikan diri setelah kegiatannya merakit bom di rumahnya, kawasan Tambora, Jakarta Barat, tercium warga.

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook