Jakarta, Indonesia (News Today) - Tak ada mimpi dan harapan yang tak mungkin diwujudkan. Kata-kata ini sepertinya tepat untuk menggambarkan perjalanan Ni Made Sadgunasih dalam mewujudkan impiannya menjadi seorang bidan. Made adalah mahasiswi akademi kebidanan. Kerja keras dan keyakinan akhirnya bisa mengantarkan perempuan berusia 26 tahun ini untuk menempuh pendidikan tinggi. Di tengah keterbatasan perekonomian keluarga, apa yang dicapai Made merupakan sebuah hal yang patut dibanggakan.
Made, saat ditemui Kompas.com beberapa hari lalu, menceritakan kisahnya di tengah sukacita menerima beasiswa 1.000 dollar AS dari DKT Indonesia. Ia mengungkapkan, sejak kecil, menjadi bidan adalah cita-citanya. Setelah menamatkan SMA, mimpinya itu seakan sirna karena ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya di akademi kebidanan. Akhirnya, Made memutuskan untuk mencari pekerjaan. Berbagai jenis pekerjaan sudah ia lakoni, hingga terakhir ia bekerja sebagai pegawai di sebuah spa di Denpasar, Bali.
Namun, mimpinya kembali muncul. Ia tak menyerah. Sedikit demi sedikit, penghasilan yang diperoleh dikumpulkannya. Hingga akhirnya Made berhasil mencecap bangku kuliah dan mendapatkan beasiswa yang bisa meringankan bebannya membiayai kuliah. Sebagian beasiswa akan dimanfaatkannya untuk membuat usaha kecil-kecilan agar bisa mendukung biaya kuliahnya hingga akhir studi.
Kini, dengan harapan baru itu, ia mencoba meraih kembali mimpinya di akademi kebidanan. Mimpi menjadi bidan kini mendekati kenyataan. Sebuah mimpi yang dilatarbelakangi langkanya tenaga kesehatan di kampung halamannya.
"Di tempat tinggal saya tidak ada bidan, yang membantu kelahiran di sana hanya paroji dan parojinya itu biasa membantu lahiran kambing. Mirisnya, pisau yang digunakan untuk lahiran kambing itu juga yang ia gunakan untuk memotong tali pusat manusia. Dan itu yang terjadi pula pada kelahirannya," kisah Made.
Setelah menamatkan pendidikannya, selain praktik di rumah sakit, Made juga punya harapan bisa memiliki klinik.
"Impian saya adalah ingin menjadi pemilik sebuah yayasan yang mempunyai beberapa rumah sakit bersalin untuk ibu dengan ekonomi bawah serta ingin mempunyai sebuah perusahaan spa dan akan membuat bagaimana spa itu murah sehingga juga bisa dinikmati orang kelas ekonomi bawah. Selain itu, dari kecil saya juga mempunyai mimpi membuat sekolah bakat gratis. Jadi, selain bisa bersekolah, ia juga bisa sekalian mengasah bakatnya," tutur Made.
Made, saat ditemui Kompas.com beberapa hari lalu, menceritakan kisahnya di tengah sukacita menerima beasiswa 1.000 dollar AS dari DKT Indonesia. Ia mengungkapkan, sejak kecil, menjadi bidan adalah cita-citanya. Setelah menamatkan SMA, mimpinya itu seakan sirna karena ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya di akademi kebidanan. Akhirnya, Made memutuskan untuk mencari pekerjaan. Berbagai jenis pekerjaan sudah ia lakoni, hingga terakhir ia bekerja sebagai pegawai di sebuah spa di Denpasar, Bali.
Namun, mimpinya kembali muncul. Ia tak menyerah. Sedikit demi sedikit, penghasilan yang diperoleh dikumpulkannya. Hingga akhirnya Made berhasil mencecap bangku kuliah dan mendapatkan beasiswa yang bisa meringankan bebannya membiayai kuliah. Sebagian beasiswa akan dimanfaatkannya untuk membuat usaha kecil-kecilan agar bisa mendukung biaya kuliahnya hingga akhir studi.
Kini, dengan harapan baru itu, ia mencoba meraih kembali mimpinya di akademi kebidanan. Mimpi menjadi bidan kini mendekati kenyataan. Sebuah mimpi yang dilatarbelakangi langkanya tenaga kesehatan di kampung halamannya.
"Di tempat tinggal saya tidak ada bidan, yang membantu kelahiran di sana hanya paroji dan parojinya itu biasa membantu lahiran kambing. Mirisnya, pisau yang digunakan untuk lahiran kambing itu juga yang ia gunakan untuk memotong tali pusat manusia. Dan itu yang terjadi pula pada kelahirannya," kisah Made.
Setelah menamatkan pendidikannya, selain praktik di rumah sakit, Made juga punya harapan bisa memiliki klinik.
"Impian saya adalah ingin menjadi pemilik sebuah yayasan yang mempunyai beberapa rumah sakit bersalin untuk ibu dengan ekonomi bawah serta ingin mempunyai sebuah perusahaan spa dan akan membuat bagaimana spa itu murah sehingga juga bisa dinikmati orang kelas ekonomi bawah. Selain itu, dari kecil saya juga mempunyai mimpi membuat sekolah bakat gratis. Jadi, selain bisa bersekolah, ia juga bisa sekalian mengasah bakatnya," tutur Made.
Source : kompas
0 komentar:
Post a Comment