New York (News Today) - Tekanan atas perjuangan Palestina untuk menuntut kemerdekaan semakin berat. Presiden AS Barack Obama di New York, Rabu atau Kamis (22/9) WIB, menegaskan tak ada jalan pintas bagi kemerdekaan Palestina. AS tidak akan mendukung Palestina menjadi anggota PBB.
Obama juga menegaskan sikap AS itu dalam pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Rabu. Sebelum itu, Obama bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Tema pertemuan terkait dengan usulan Palestina menjadi anggota PBB.
Abbas akan memaparkan usul Palestina, Jumat, di depan Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Deputi Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Ben Rhodes mengatakan, ”Kami akan menentang semua langkah Palestina di PBB dan Dewan Keamanan, termasuk veto, jika diperlukan.”
Palestina memperoleh dukungan mayoritas dari negara- negara di dunia untuk menjadi anggota PBB. Namun, kekuatan mayoritas bakal dipatahkan oleh kekuatan ”minoritas”. Hak veto dari lima anggota Dewan Keamanan PBB bisa mematahkan aspirasi 193 negara anggota PBB.
Wartawan Kompas Joice Tauris Santi dari New York melaporkan, dalam Sidang Majelis Umum PBB, beberapa kepala negara mengungkapkan dukungan dan penolakan.
Obama mengatakan, Israel dan Palestina harus hidup berdampingan. Israel dan Palestina, bukan negara lain, yang harus mencapai kesepakatan dan memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Sementara dalam sidang di podium yang sama, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengusulkan agar Palestina mendaftar menjadi pengamat dan tetap menentang upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh.
Sarkozy berbicara panjang lebar dengan pretensi dukungan kepada Palestina, tetapi intinya sama saja, dia tidak mau Palestina berstatus sebagai anggota penuh PBB.
Dana PBB pun ”diancam”
Menanggapi pidato Obama, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengatakan, Obama menekankan kembali bahwa penyelesaian Palestina hanya dapat dicapai lewat perundingan antara Palestina dan Israel, dan menjadi anggota PBB bukan hal yang dianjurkan.
”Sikap kita jelas bahwa upaya Palestina mendapatkan keanggotaan di PBB dapat diselaraskan dengan menghidupkan kembali perundingan perdamaian,” kata Marty.
Ia mengatakan, di sela dinamika politik tentang Palestina ini, ada hikmah yang terkandung, yaitu bagaimana memberikan jawaban kepada dunia mengenai persoalan yang telah lama dan berlarut-larut ini.
Sementara itu, salah seorang pejabat Palestina menyatakan, Presiden Mahmoud Abbas tidak akan menunda rencana untuk mendapat keanggotaan penuh di PBB. Abbas mendapat giliran pidato pada Jumat mendatang.
Kisruh politik soal keanggotaan Palestina ternyata juga diperbincangkan di Washington. Salah seorang senator, Orrin Hatch, akan mengusulkan RUU Solidaritas Israel. Ia mengusulkan agar AS memangkas pendanaan untuk PBB jika Dewan Keamanan atau Majelis Umum mengubah status Palestina saat ini.
Brasil dukung penuh
Berbeda dengan Presiden Brasil Dilma Rousseff yang telah mendapatkan kesempatan berbicara di forum. Ia menyatakan dengan tegas dukungan terhadap upaya Palestina menjadi anggota penuh PBB.
”Hanya sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat yang dapat menjawab keinginan Israel akan perdamaian, keamanan di dalam perbatasannya, sekaligus stabilitas politik di kawasan,” kata Rousseff.
Brasil kini berstatus sebagai anggota tidak tetap Dewan Kemanan PBB dan sudah menyatakan pengakuan terhadap Palestina yang merdeka.
”Sama seperti mayoritas para anggota Sidang Majelis Umum PBB, kami yakin kinilah saatnya bagi Palestina untuk diakui secara penuh dan menjadi anggota penuh PBB,” kata Dilma
Obama juga menegaskan sikap AS itu dalam pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Rabu. Sebelum itu, Obama bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Tema pertemuan terkait dengan usulan Palestina menjadi anggota PBB.
Abbas akan memaparkan usul Palestina, Jumat, di depan Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Deputi Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Ben Rhodes mengatakan, ”Kami akan menentang semua langkah Palestina di PBB dan Dewan Keamanan, termasuk veto, jika diperlukan.”
Palestina memperoleh dukungan mayoritas dari negara- negara di dunia untuk menjadi anggota PBB. Namun, kekuatan mayoritas bakal dipatahkan oleh kekuatan ”minoritas”. Hak veto dari lima anggota Dewan Keamanan PBB bisa mematahkan aspirasi 193 negara anggota PBB.
Wartawan Kompas Joice Tauris Santi dari New York melaporkan, dalam Sidang Majelis Umum PBB, beberapa kepala negara mengungkapkan dukungan dan penolakan.
Obama mengatakan, Israel dan Palestina harus hidup berdampingan. Israel dan Palestina, bukan negara lain, yang harus mencapai kesepakatan dan memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Sementara dalam sidang di podium yang sama, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengusulkan agar Palestina mendaftar menjadi pengamat dan tetap menentang upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh.
Sarkozy berbicara panjang lebar dengan pretensi dukungan kepada Palestina, tetapi intinya sama saja, dia tidak mau Palestina berstatus sebagai anggota penuh PBB.
Dana PBB pun ”diancam”
Menanggapi pidato Obama, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengatakan, Obama menekankan kembali bahwa penyelesaian Palestina hanya dapat dicapai lewat perundingan antara Palestina dan Israel, dan menjadi anggota PBB bukan hal yang dianjurkan.
”Sikap kita jelas bahwa upaya Palestina mendapatkan keanggotaan di PBB dapat diselaraskan dengan menghidupkan kembali perundingan perdamaian,” kata Marty.
Ia mengatakan, di sela dinamika politik tentang Palestina ini, ada hikmah yang terkandung, yaitu bagaimana memberikan jawaban kepada dunia mengenai persoalan yang telah lama dan berlarut-larut ini.
Sementara itu, salah seorang pejabat Palestina menyatakan, Presiden Mahmoud Abbas tidak akan menunda rencana untuk mendapat keanggotaan penuh di PBB. Abbas mendapat giliran pidato pada Jumat mendatang.
Kisruh politik soal keanggotaan Palestina ternyata juga diperbincangkan di Washington. Salah seorang senator, Orrin Hatch, akan mengusulkan RUU Solidaritas Israel. Ia mengusulkan agar AS memangkas pendanaan untuk PBB jika Dewan Keamanan atau Majelis Umum mengubah status Palestina saat ini.
Brasil dukung penuh
Berbeda dengan Presiden Brasil Dilma Rousseff yang telah mendapatkan kesempatan berbicara di forum. Ia menyatakan dengan tegas dukungan terhadap upaya Palestina menjadi anggota penuh PBB.
”Hanya sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat yang dapat menjawab keinginan Israel akan perdamaian, keamanan di dalam perbatasannya, sekaligus stabilitas politik di kawasan,” kata Rousseff.
Brasil kini berstatus sebagai anggota tidak tetap Dewan Kemanan PBB dan sudah menyatakan pengakuan terhadap Palestina yang merdeka.
”Sama seperti mayoritas para anggota Sidang Majelis Umum PBB, kami yakin kinilah saatnya bagi Palestina untuk diakui secara penuh dan menjadi anggota penuh PBB,” kata Dilma
Source : kompas
0 komentar:
Post a Comment