Para pemberontak lari guna mencari perlindungan saat pesawat tempur Khadafy mengebom kota Ras Lanuf yang kaya minyak di Libya, Selasa (8/3/2011).
(News Today) - Krisis politik yang berkepanjangan di Libya membuat tiga perusahaan asal Indonesia yang beroperasi di negara tersebut terpaksa menarik diri. Krisis politik Libya juga dikhawatirkan meluas ke negara Timur Tengah lainnya, yang bisa berakibat buruk bagi neraca perdagangan Indonesia.
”Tiga perusahaan yang sudah mengumumkan menarik diri dari Libya adalah Wijaya Karya, Medco, dan Pertamina. Pertimbangannya karena situasi sudah tidak kondusif. Para pekerja dari Indonesia juga sudah dipulangkan,” kata Fachry Thaib, perwakilan Kadin di Timur Tengah, dalam diskusi bersama antara kamar dagang dan industri, eksportir, dan Kementerian Perdagangan, di Jakarta, Rabu (16/3/2011).
Menurut dia, meskipun ketiga perusahaan tersebut telah menarik diri, mereka tetap berkomitmen kembali beroperasi di Libya jika situasinya sudah membaik. ”Mereka tidak punya pilihan karena kalau tetap dilanjutkan risikonya sangat besar,” katanya.
Djoko Rianto, perwakilan dari Wijaya Karya, mengatakan, pihaknya resmi menarik diri dari Libya 20 Februari lalu. Di Libya, Wijaya Karya tengah menyelesaikan proyek mal terbesar di negara tersebut. Proyek senilai 10 juta dollar AS tersebut mulai dikerjakan akhir Oktober 2010.
Sesuai rencana, pembangunan mal ditargetkan selesai akhir Juni tahun ini. ”Namun, karena pasokan material tersendat dan situasi keamanan yang tidak memungkinkan, kami memilih untuk menghentikan sementara,” ujarnya.
Dalam diskusi tersebut, para narasumber juga menyatakan khawatir jika krisis politik di Timur Tengah terus meluas. Hal itu karena kawasan itu adalah daerah yang sedang berkembang, dan menjadi tujuan ekspor alternatif bagi Indonesia.
Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami mengatakan, neraca perdagangan ke 22 negara di Timur Tengah tahun 2010 tercatat 15,4 miliar dollar AS.
(News Today) - Krisis politik yang berkepanjangan di Libya membuat tiga perusahaan asal Indonesia yang beroperasi di negara tersebut terpaksa menarik diri. Krisis politik Libya juga dikhawatirkan meluas ke negara Timur Tengah lainnya, yang bisa berakibat buruk bagi neraca perdagangan Indonesia.
”Tiga perusahaan yang sudah mengumumkan menarik diri dari Libya adalah Wijaya Karya, Medco, dan Pertamina. Pertimbangannya karena situasi sudah tidak kondusif. Para pekerja dari Indonesia juga sudah dipulangkan,” kata Fachry Thaib, perwakilan Kadin di Timur Tengah, dalam diskusi bersama antara kamar dagang dan industri, eksportir, dan Kementerian Perdagangan, di Jakarta, Rabu (16/3/2011).
Menurut dia, meskipun ketiga perusahaan tersebut telah menarik diri, mereka tetap berkomitmen kembali beroperasi di Libya jika situasinya sudah membaik. ”Mereka tidak punya pilihan karena kalau tetap dilanjutkan risikonya sangat besar,” katanya.
Djoko Rianto, perwakilan dari Wijaya Karya, mengatakan, pihaknya resmi menarik diri dari Libya 20 Februari lalu. Di Libya, Wijaya Karya tengah menyelesaikan proyek mal terbesar di negara tersebut. Proyek senilai 10 juta dollar AS tersebut mulai dikerjakan akhir Oktober 2010.
Sesuai rencana, pembangunan mal ditargetkan selesai akhir Juni tahun ini. ”Namun, karena pasokan material tersendat dan situasi keamanan yang tidak memungkinkan, kami memilih untuk menghentikan sementara,” ujarnya.
Dalam diskusi tersebut, para narasumber juga menyatakan khawatir jika krisis politik di Timur Tengah terus meluas. Hal itu karena kawasan itu adalah daerah yang sedang berkembang, dan menjadi tujuan ekspor alternatif bagi Indonesia.
Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami mengatakan, neraca perdagangan ke 22 negara di Timur Tengah tahun 2010 tercatat 15,4 miliar dollar AS.
Source : kompas
0 komentar:
Post a Comment