Pekanbaru, Indonesia (News Today) - Fadli bocah 1,8 tahun diduga menjadi korban malpraktek di RS Ibnu Sina, Pekanbaru. Awalnya hanya mengalami sakit demam biasa. Kini bocah itu dalam keadaan koma setelah dioperasi dua kali di kepalanya.
Bocah bernama lengkap Muhammad Juni Fadli (1,8) sudah sepekan ini dalam kondisi koma di ruang Basic RS Ibnu Sina di Sukajadi, Pekanbaru. Orangtuanya Andri (40) dan Neneng (36) kini hanya bisa pasrah melihat buah hatinya tergolek tak berdaya. Air mata mereka sudah kering, melihat Fadli tak lagi bisa diajak bicara.
"Saya sudah iklas, kalau anak saya pergi meninggalkan kami. Sudah sebulan sakit, kondisinya kian parah. Saya tak tahan melihat kondisi anak saya sudah koma dalam sepekan ini. Biarlah dia pergi, daripada harus menanggung derita pasca operasi di bagian kepalanya," kata Andri kepada detikcom, Senin (14/03/2011) di RS Ibnu Sina, Pekanbaru.
Bagian kepala bocah ini masih terlihat dibalut perban putih bekas jaitan operasi. Tak ada lagi suara tangisan Fadli. Fadli hanya terlihat tergolek lemas tanpa bisa diajak berkomunikasi.
Menurut Andri, warga Kecamatan Ujung Batu Rokan, Kab Rokan Hulu (Rohul), anaknya ini awal Februari lalu mengalami penyakit demam. Saat itu dirujuk ke rumah sakit di Rohul. Dari sana, Fadli diminta dirujuk ke rumah sakit yang ada di Pekanbaru. Lantas pilihannya, Andri membawa anaknya di RS Ibnu Sina.
Saat di RS Ibnu Sina, lantas bocah ini dilakukan scaning. Hasilnya diagnosa tim medis, di bagian otak balita ini ada cairan yang berlebih. Dari sana tim medis meminta persetujuan orangtuanya untuk dilakukan operasi. Demi keselamatan buah hatinya, Andri pun menyetujui operasi tersebut.
"Operasi bedah kepala pun dilakukan, yang kata dokter untuk mengambil cairan berlebih di otak kepalanya. Operasi ini kami harus mengeluarkan dana Rp 11 juta," kata Andri.
Usai operasi pada awal Februari lalu, sepekan kemudian Fadli pun diizikan pulang ke rumahnya. Tapi Sepekan pasca operasi, tiba-tiba Fadli mengalami kejang-kejang dengan kondisi tubuh yang panas. "Saya panik, lantas Fadli kami bawa lagi ke RS Ibnu Sina Pekanbaru," kata Andri.
Sesampainya di RS Ibnu Sina, Fadli kembali harus menjalani scaning. Betapa terkejutnya hati kedua orangtuah bocah itu. Tim medis menyebut, kondisi kejang-kejang yang dialami Fadli dikarenakan posisi selang yang bergeser di dalam kepalanya.
"Keterangan dokter ini sangat aneh, kok dengan gampangnya bila selang di dalam otak anak saya bergeser. Saya terkejut, kok bisa dokter bilang kondisi selangnya bergeser. Yang salahkan mereka, bukan anak saya,” kata Andri.
Tapi Andri tetap sabar menghadapi cobaan ini. Lantas saran tim medis untuk untuk operasi kedua kalinya pun dia setujui lagi. Untuk kedua kalinya kepala bocah ini kembali menjalani operasi. Dananya sebesar Rp 15 juta.
Setelah menjalani operasi kedua ini, kondisi Fadli bukannya membaik. Seminggu setelah operasi tidak ada perubahan yang berarti. Malah Fadli sampai sekarang dalam keadaan koma.
"Anehnya, dokter bilang lagi, anak saya harus dioperasi untuk yang ketiga, dengan dimintai dana lagi Rp 20 juta. Darimana lagi saya punya uang sebanyak itu. Operasi yang kemarin saja itu saya menghutang kepada keluarganya," kata Andri.
Kini Andri hanya bisa pasrah melihat kondisi anaknya dalam keadaan lemas dan koma. Permintaan pihak RS Ibnu Sina yang meminta dana untuk dilakukan operasi ketiga kalinya tidak bisa terpenuhi.
"Anehnya sekali, pihak rumah sakit hanya bilang ada keselahan lagi di selang yang ada di kepala anak saya. Kalau memang itu kesalahan pihak medis, kenapa saya yang harus dimintai dana lagi. Ini sudah tidak beres," kata Andri.
"Saya tidak punya lagi uang, lebih baik anak saya pergi untuk selamanya. Tak tahan saya melihat penderitaannya," tambah Andri yang kerjanya seharian membuat sangkar burung itu.
Sementara itu Humas RS Ibnu Sina, Karti Utami Dewi kepada mengatakan, pihaknya belum dapat menjelaskan soal kronologi pasien tersebut. Pihaknya masih akan meminta keterangan dari dokter yang menangani Fadli.
"Soal jenis penyakitnya dan kronologinya, sebaiknya hal itu dijelaskan oleh dokter yang menangani pasien tersebut. Kita tidak berwenang untuk menjelaskannya," kata Dewi kepada wartawan.
Namun demikian, Dewi mengaku, RS Ibnu Sina akan tetap semaksimal mungkin melakukan penanganan intensif terhadap Fadli. "Kalau soal penanganan, kita akan tangani secara maksimal," kata Dewi.
Bocah bernama lengkap Muhammad Juni Fadli (1,8) sudah sepekan ini dalam kondisi koma di ruang Basic RS Ibnu Sina di Sukajadi, Pekanbaru. Orangtuanya Andri (40) dan Neneng (36) kini hanya bisa pasrah melihat buah hatinya tergolek tak berdaya. Air mata mereka sudah kering, melihat Fadli tak lagi bisa diajak bicara.
"Saya sudah iklas, kalau anak saya pergi meninggalkan kami. Sudah sebulan sakit, kondisinya kian parah. Saya tak tahan melihat kondisi anak saya sudah koma dalam sepekan ini. Biarlah dia pergi, daripada harus menanggung derita pasca operasi di bagian kepalanya," kata Andri kepada detikcom, Senin (14/03/2011) di RS Ibnu Sina, Pekanbaru.
Bagian kepala bocah ini masih terlihat dibalut perban putih bekas jaitan operasi. Tak ada lagi suara tangisan Fadli. Fadli hanya terlihat tergolek lemas tanpa bisa diajak berkomunikasi.
Menurut Andri, warga Kecamatan Ujung Batu Rokan, Kab Rokan Hulu (Rohul), anaknya ini awal Februari lalu mengalami penyakit demam. Saat itu dirujuk ke rumah sakit di Rohul. Dari sana, Fadli diminta dirujuk ke rumah sakit yang ada di Pekanbaru. Lantas pilihannya, Andri membawa anaknya di RS Ibnu Sina.
Saat di RS Ibnu Sina, lantas bocah ini dilakukan scaning. Hasilnya diagnosa tim medis, di bagian otak balita ini ada cairan yang berlebih. Dari sana tim medis meminta persetujuan orangtuanya untuk dilakukan operasi. Demi keselamatan buah hatinya, Andri pun menyetujui operasi tersebut.
"Operasi bedah kepala pun dilakukan, yang kata dokter untuk mengambil cairan berlebih di otak kepalanya. Operasi ini kami harus mengeluarkan dana Rp 11 juta," kata Andri.
Usai operasi pada awal Februari lalu, sepekan kemudian Fadli pun diizikan pulang ke rumahnya. Tapi Sepekan pasca operasi, tiba-tiba Fadli mengalami kejang-kejang dengan kondisi tubuh yang panas. "Saya panik, lantas Fadli kami bawa lagi ke RS Ibnu Sina Pekanbaru," kata Andri.
Sesampainya di RS Ibnu Sina, Fadli kembali harus menjalani scaning. Betapa terkejutnya hati kedua orangtuah bocah itu. Tim medis menyebut, kondisi kejang-kejang yang dialami Fadli dikarenakan posisi selang yang bergeser di dalam kepalanya.
"Keterangan dokter ini sangat aneh, kok dengan gampangnya bila selang di dalam otak anak saya bergeser. Saya terkejut, kok bisa dokter bilang kondisi selangnya bergeser. Yang salahkan mereka, bukan anak saya,” kata Andri.
Tapi Andri tetap sabar menghadapi cobaan ini. Lantas saran tim medis untuk untuk operasi kedua kalinya pun dia setujui lagi. Untuk kedua kalinya kepala bocah ini kembali menjalani operasi. Dananya sebesar Rp 15 juta.
Setelah menjalani operasi kedua ini, kondisi Fadli bukannya membaik. Seminggu setelah operasi tidak ada perubahan yang berarti. Malah Fadli sampai sekarang dalam keadaan koma.
"Anehnya, dokter bilang lagi, anak saya harus dioperasi untuk yang ketiga, dengan dimintai dana lagi Rp 20 juta. Darimana lagi saya punya uang sebanyak itu. Operasi yang kemarin saja itu saya menghutang kepada keluarganya," kata Andri.
Kini Andri hanya bisa pasrah melihat kondisi anaknya dalam keadaan lemas dan koma. Permintaan pihak RS Ibnu Sina yang meminta dana untuk dilakukan operasi ketiga kalinya tidak bisa terpenuhi.
"Anehnya sekali, pihak rumah sakit hanya bilang ada keselahan lagi di selang yang ada di kepala anak saya. Kalau memang itu kesalahan pihak medis, kenapa saya yang harus dimintai dana lagi. Ini sudah tidak beres," kata Andri.
"Saya tidak punya lagi uang, lebih baik anak saya pergi untuk selamanya. Tak tahan saya melihat penderitaannya," tambah Andri yang kerjanya seharian membuat sangkar burung itu.
Sementara itu Humas RS Ibnu Sina, Karti Utami Dewi kepada mengatakan, pihaknya belum dapat menjelaskan soal kronologi pasien tersebut. Pihaknya masih akan meminta keterangan dari dokter yang menangani Fadli.
"Soal jenis penyakitnya dan kronologinya, sebaiknya hal itu dijelaskan oleh dokter yang menangani pasien tersebut. Kita tidak berwenang untuk menjelaskannya," kata Dewi kepada wartawan.
Namun demikian, Dewi mengaku, RS Ibnu Sina akan tetap semaksimal mungkin melakukan penanganan intensif terhadap Fadli. "Kalau soal penanganan, kita akan tangani secara maksimal," kata Dewi.
Source : detik
0 komentar:
Post a Comment