Wednesday, April 16, 2014

Untuk Cegah Alergi, Ibu Hamil Tak Perlu Pantang Makanan





(News Today) - Risiko alergi pada anak 60 persennya memang ditentukan oleh makanan. Namun bukan berarti membatasi makanan pada ibu hamil dapat mengurangi risiko alergi pada anak.

Dokter anak spesialis alergi Zakiudin Munasir mengatakan, sekitar 10 tahun yang lalu dokter anak memang menyarankan ibu hamil untuk menghindari makanan-makanan tertentu yang berpotensi memicu alergi. Makanan-makanan tersebut, antara lain telur, ikan, hingga daging-dagingan.

"Namun kini anjuran tersebut sudah tidak berlaku. Apa yang dimakan ibu saat hamil tidak akan berpengaruh terhadap risiko alergi janin," kata dia dalam acara peluncuran Allergy Risk Tracker di Jakarta, Selasa (15/4/2014).

Sebuah penelitian menunjukkan, jumlah anak yang alergi dari ibu yang membatasi makan tidak berbeda signifikan dengan ibu yang tidak melakukannya. "Jumlahnya hampir sama, sehingga dapat dikatakan membatasi makanan yang berpotensi memicu alergi dapat menekan risiko alergi anak," kata Zakiudin.

Ia juga menekankan, membatasi makanan hanya akan mengurangi asupan gizi yang dibutuhkan ibu hamil. Misalnya, saat menghindari telur artinya ibu hamil melewatkan protein, vitamin, dan zat gizi lain pada makanan itu. Padahal telur termasuk salah satu makanan dengan kadar gizi yang lengkap dan relatif mudah didapat.

Sebaliknya, cara terbaik untuk menghindari alergi pada anak yaitu dengan menghindari persalinan caesar, memberikan ASI eksklusif enam bulan, Makanan Pendamping ASI (MPASI) selepas ASI eksklusif, menghindari paparan rokok, serta polusi.

Selain itu, jika pada ditemukan alergi pada anak, Zakiudin juga menyarankan untuk segera mengetahui penyebab alerginya. Jika disebabkan oleh makanan tertentu maka perlu dihindari dan dicari makanan penggantinya.

Alergi merupakan reaksi berlebihan sistem imun untuk melawan alergen (pemicu alergi) yang masuk ke dalam tubuh. Tiga puluh persen anak berusia 3-6 tahun tercatat mengalami alergi. Kecenderungan alergi pada anak terus meningkat, dari tahun 1990 hingga sekarang, angka kejadiannya meningkat hingga empat kali lipat.

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook