Jakarta, Indonesia (News Today) - Pekan ini, kurs rupiah diperkirakan bergerak dengan kecenderungan konsolidasi hingga menguat. Penetapan peringkat Indonesia pada jenjang layak investasi (investment grade) dengan prospek stabil oleh pemeringkat Moody's Investor Service potensi menjadi katalis positif bagi rupiah.
Demikian catatan dari analis BNI Unit Treasury Klara Pramesti di Jakarta, Senin (23/7/2012). Penjagaan ketat BI pada fluktuasi nilai rupiah ikut berpotensi mengamankan rupiah. Apalagi jelang akhir bulan dimana permintaan akan dollar AS oleh korporasi cenderung meningkat.
Kenaikan level inflasi memasuki awal Ramadhan ditengarai juga menjadi unsur pertimbangan BI dalam menjaga ketat nilai tukar rupiah. Rencana penerbitan Sukuk pada Selasa, 24 Juli mendatang diprediksi akan membuka peluang bagi apresiasi rupiah.
Sinyal The Fed yang siaga meluncurkan stimulus lanjutan berupa Quantitative Easing tahap 3 (QE 3) apabila kondisi ekonomi AS terus mengalami kontraksi, membuka peluang eskalasi sentimen positif global dan potensi menopang mata uang Asia termasuk rupiah.
Terlebih seluruh bank sentral dunia terus berusaha untuk menerapkan suku bunga acuan rendah sebagai bentuk stimulus untuk pertumbuhan ekonominya. Bahkan sinyal pemangkasan tingkat suku bunga dari Bank of England pun mengemuka kembali seiring belum stabilnya perekomomian Inggris. Tetapi, perkembangan krisis utang Eropa yang sampai saat ini menjadi isu utama dunia tetap perlu diwaspadai guna mengurangi dampak negatif bagi fluktuasi mata uang domestik.
Pekan lalu, rupiah bergerak dengan kecenderungan menguat tipis pada kisaran Rp 9.435 per dollar AS - Rp 9.485 per dollar AS. Tidak akurnya Jerman dan Perancis terkait penanganan penyelesaian krisis di Zona Euro masih mewarnai pergerakan euro pekan lalu.
Memburuknya kinerja perekonomian AS yang tercermin dari maraknya sentimen negatif dollar AS akhirnya memberi peluang terapresiasinya rupiah. Kondisi ini juga didukung oleh menguatnya rilis data neraca perdagangan Zona Euro dari 3,7 miliar euro menjadi 6,9 miliar euro mendorong fluktuasi mata uang berimbal hasil tinggi hingga turut memengaruhi laju rupiah.
Demikian catatan dari analis BNI Unit Treasury Klara Pramesti di Jakarta, Senin (23/7/2012). Penjagaan ketat BI pada fluktuasi nilai rupiah ikut berpotensi mengamankan rupiah. Apalagi jelang akhir bulan dimana permintaan akan dollar AS oleh korporasi cenderung meningkat.
Kenaikan level inflasi memasuki awal Ramadhan ditengarai juga menjadi unsur pertimbangan BI dalam menjaga ketat nilai tukar rupiah. Rencana penerbitan Sukuk pada Selasa, 24 Juli mendatang diprediksi akan membuka peluang bagi apresiasi rupiah.
Sinyal The Fed yang siaga meluncurkan stimulus lanjutan berupa Quantitative Easing tahap 3 (QE 3) apabila kondisi ekonomi AS terus mengalami kontraksi, membuka peluang eskalasi sentimen positif global dan potensi menopang mata uang Asia termasuk rupiah.
Terlebih seluruh bank sentral dunia terus berusaha untuk menerapkan suku bunga acuan rendah sebagai bentuk stimulus untuk pertumbuhan ekonominya. Bahkan sinyal pemangkasan tingkat suku bunga dari Bank of England pun mengemuka kembali seiring belum stabilnya perekomomian Inggris. Tetapi, perkembangan krisis utang Eropa yang sampai saat ini menjadi isu utama dunia tetap perlu diwaspadai guna mengurangi dampak negatif bagi fluktuasi mata uang domestik.
Pekan lalu, rupiah bergerak dengan kecenderungan menguat tipis pada kisaran Rp 9.435 per dollar AS - Rp 9.485 per dollar AS. Tidak akurnya Jerman dan Perancis terkait penanganan penyelesaian krisis di Zona Euro masih mewarnai pergerakan euro pekan lalu.
Memburuknya kinerja perekonomian AS yang tercermin dari maraknya sentimen negatif dollar AS akhirnya memberi peluang terapresiasinya rupiah. Kondisi ini juga didukung oleh menguatnya rilis data neraca perdagangan Zona Euro dari 3,7 miliar euro menjadi 6,9 miliar euro mendorong fluktuasi mata uang berimbal hasil tinggi hingga turut memengaruhi laju rupiah.
Source : kompas
0 komentar:
Post a Comment