Sunday, February 19, 2012

Bramantyo Dikeroyok Massa MMI di Yogya




Polisi mengamankan seniman Bramantyo Prijosusilo (berbaju lurik) yang dikeroyok anggota organisasi massa Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) saat hendak menggelar pertunjukan seni Social Sculpture (Patung Sosial) yang berjudul Aku Melawan Perusakan Atas Nama Agama di depan Markas MMI, Jalan Karanglo, Bantul, DI Yogyakarta, Rabu (15/2/2012). Bramantyo menyebut tindakannya tersebut sebagai suatu perlawanan seni atas nama pribadi terhadap gejala radikalisme yang mengancam keberadaan negara dan ketentraman Bangsa Indonesia.

Yogyakarta (News Today) - Puluhan anggota organisasi massa Majelis Mujahidin Indonesia mengeroyok seniman Bramantyo Prijosusilo yang hendak menggelar pertunjukan seni Social Sculpture atau patung sosial berjudul ”Aku Melawan Perusakan Atas Nama Agama” di depan Markas Majelis Mujahidin di Jalan Karanglo 94, Kotagede, Bantul, DI Yogyakarta, Rabu (15/2/2012).

Bramantyo yang belum sempat menampilkan aksinya langsung diamankan aparat kepolisian.

Bramantyo mengawali aksinya dengan berdoa kepada leluhur Mataram di makam raja-raja Kotagede. Dengan berkostum jubah, udheng, keris di depan, beserta kendi berisi air kembang, Bramantyo berangkat menuju Karanglo menggunakan andong sekitar pukul 09.00.

Begitu tiba di Jalan Karanglo, di depan Markas Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), puluhan anggota ormas langsung menarik tubuh Bramantyo. Udheng dan keris yang dikenakannya dirampas dan dirusak, begitu pula kacamatanya lepas dan terjatuh. Puluhan anggota Majelis Mujahidin berpakaian putih hitam menarik-narik tubuh seniman ini.

Melihat hal tersebut, aparat kepolisian langsung mengamankan Bramantyo dan membawanya ke Mapolres Bantul. Bramantyo mengatakan, aksinya merupakan bentuk keprihatinan terhadap merebaknya gejala radikalisme yang mengancam keberadaan negara dan ketenteraman bangsa Indonesia.

Rencananya, ia akan membawakan puisi berjudul ”Membanting Macan Kerah” yang mengisahkan wilayah Yogyakarta yang sebenarnya memiliki seorang Kalipatullah Panatagama, yaitu Sultan Hamengku Buwono X. Karena itu, tidak elok jika muncul gerakan-gerakan atas nama agama yang justru bertentangan dengan ekspresi keagamaan Keraton Yogyakarta yang damai dan berestetika.

”Saya tadi merasakan kekerasan, tubuh saya ditarik-tarik, tangan saya terluka, keris saya juga dipatahkan,” kata Bramantyo yang kacamatanya sempat hilang meski kemudian ditemukan lagi oleh salah satu wartawan.

Sementara itu, Sekretaris Majelis Mujahidin Indonesia M Shabbarin Syakur menilai Bramantyo telah mendiskreditkan gerakan Islam dan menuduh Majelis Mujahidin Indonesia melakukan penekanan terhadap kelompok minoritas serta menistakan agama Islam.

Karena aksinya, Majelis Mujahidin Indonesia melaporkan Bramantyo ke Polda DIY.

Source : kompas

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook